WartaPelajar – Dengan kemajuan pesat era digital, konsep Internet of Things (IoT) semakin banyak diadopsi di berbagai aspek kehidupan. IoT memungkinkan perangkat terhubung secara otomatis melalui instruksi pemrograman, mengurangi kebutuhan akan campur tangan manusia. Dengan demikian, segala sesuatu dapat terkoneksi dengan internet tanpa kendala.
Teknologi ini memfasilitasi berbagai inovasi dan layanan yang terintegrasi dan efisien. Singkatnya, semakin banyak koneksi yang terbangun melalui IoT, semakin cepat pula tugas-tugas dapat diselesaikan. Tidak mengherankan jika sistem IoT diperkirakan akan mengubah secara signifikan cara hidup dan metode produksi masyarakat dalam waktu dekat.
Pemerintah juga aktif mendorong penerapan IoT di sektor-sektor industri, salah satunya adalah perikanan. Dengan memanfaatkan IoT, para nelayan dapat bekerja lebih efisien. Mereka dapat menghemat bahan bakar saat melaut berkat kemampuan untuk menemukan lokasi ikan menggunakan gadget dan aplikasi.
Namun, adopsi IoT tidak semudah yang dibayangkan. Meskipun gadget dan aplikasi memiliki peranan penting, tantangan utama terletak pada integrasi antara perangkat dan perangkat lunak yang beragam dan terfragmentasi.
Bagi masyarakat di pedesaan, tantangan ini menjadi semakin besar. Mereka sering kali tidak memiliki waktu untuk memahami detail IoT, apalagi untuk mengimplementasikannya.
Hal ini dialami oleh Hendra, seorang pemuda asal Jember yang mengembangkan budidaya lobster dengan teknologi IoT. Awalnya, hanya sedikit nelayan yang bersedia berkolaborasi dengan Hendra. Mereka ragu apakah penerapan IoT dapat meningkatkan produksi lobster.
Padahal, inovasi ini muncul dari keprihatinan Hendra terhadap banyaknya nelayan yang kehilangan mata pencaharian akibat penurunan harga ikan kerapu di Situbondo. Turunnya harga tersebut membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu, Situbondo memiliki potensi besar dalam budidaya lobster. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, satu induk lobster dapat menghasilkan antara 25.000 hingga 50.000 naupliosoma, dan satu persennya dapat bertahan hingga menjadi benih lobster. Dengan pemberian pakan yang tepat, benih tersebut dapat berkembang menjadi induk lobster berkualitas setiap bulan.
Menyadari potensi ini, Hendra mengajak rekannya untuk menciptakan kotak sensor berbasis IoT guna memantau kualitas air. Kotak ini dipasang di keramba dan terhubung ke aplikasi LOBSTECH di komputer Hendra.
Dengan LOBSTECH, budidaya lobster dapat dilakukan dengan memantau kualitas, oksigen, dan keasaman air agar tetap stabil. Data yang terkumpul akan ditampilkan melalui aplikasi, memungkinkan petani untuk menganalisis informasi secara real-time dan mengambil keputusan yang tepat.
Dashboard LOBSTECH memungkinkan para nelayan untuk memantau kegiatan budidaya dari mana saja. Mereka dapat melihat pertumbuhan lobster dan mengontrol kualitas air dengan mudah.
Untuk mempermudah pengawasan, Hendra menambahkan sistem alarm dalam dashboard. Para nelayan akan menerima notifikasi jika ada masalah dengan kotak sensor atau jika terjadi hal-hal penting lainnya.
Setelah dua tahun melakukan penelitian, hasil implementasi IoT yang dikembangkan Hendra menunjukkan pencapaian yang signifikan. LOBSTECH berhasil meningkatkan produksi lobster hingga 80% dan mengurangi biaya produksi lebih dari 70% dibandingkan metode konvensional. Masa budidaya juga berkurang, dari delapan bulan menjadi lima hingga enam bulan per panen.
Meskipun masa panen lebih cepat, kualitas lobster yang dihasilkan tetap terjaga. Dalam satu bulan, seekor lobster seberat 100 gram bisa diperoleh, sedangkan sebelumnya diperlukan waktu sekitar 8-10 bulan untuk mencapai berat yang sama.
Keberhasilan ini menarik minat banyak nelayan untuk bergabung dengan LOBSTECH.
Hendra pun tidak melepas mitranya begitu saja. Dengan sistem budidaya yang terintegrasi, ia bersama timnya memberikan konsultasi dan pengawasan kepada mitra, sehingga mampu memproduksi hingga 3.600 ekor lobster per bulan.
Saat ini, Hendra sedang menjajaki kerjasama dengan sebuah perusahaan Jerman untuk mengembangkan sensor dengan akurasi yang lebih tinggi. Ia berharap implementasi IoT dapat dimanfaatkan lebih luas oleh nelayan dan untuk budidaya hewan laut lainnya.
Usaha Hendra dalam menerapkan teknologi IoT membawanya meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2021. Ia berhasil menunjukkan bahwa IoT dapat diterapkan di berbagai sektor, asalkan masyarakat mendapatkan pendampingan yang tepat.
Kontribusi Hendra untuk membangun negeri harus terus berlanjut. Sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda, PT Astra International Tbk kembali menggelar 13th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2022, mengajak para pemuda Indonesia untuk berinovasi dan berkarya demi kebanggaan bangsa.