Kontribusi Achmad Irfandi, Bantu Atasi Krisis Candu Gadget Bagi Anak

WartaPelajar – Banyak fenomena yang muncul di kehidupan anak hingga remaja imbas dari kebiasaannya yang tak lepas dari gadget. Tidak jarang muncul prilaku anak yang sangat memprihatinkan disebabkan kecenderungan pada gadget. Bahkan, dikhawatirkan menjadi gejala individu yang beresiko besar turunnya moralitas generasi mendatang.

Kecanggihan teknologi membuka segala bentuk informasi seluas-luasnya tanpa mampu membatasi serta membedakan baik dan buruknya bagi khalayak. Kebiasaan itu dinilai menjadi sangat rentan bagi seorang anak, yang belum mampu membatasi dan memilih materi yang baik dari layar gadget.

Kondisi ini yang berusaha diantisipasi oleh banyak para orang tua atas kebiasan buah hati yang tak bisa dipisahkan dari gadget. Sementara, sedikit sekali ruang sosialisasi bagi anak-anak untuk bermain bersama sebagai wadah untuk mengaktualisasikan dirinya dengan teman sebaya.

Kondisi prilaku anak ini pula yang memaksa Achmad Irfandi untuk segera eksis dan memberikan kontribusi positif serta kreatif berupa edukasi bermain bagi anak-anak di sekitarnya lingkungannya.

Pada 2018 Achmad Irfandi mendirikan sebuah wadah yang dinamakan Kampung Lali Gadget. Berada di Dusen Bendet, Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur. Tempat tersebut sehari-harinya telah menjadi rujukan anak-anak sekitar desa setempat untuk bermain.

“Kami hanya mengimbangi kecanduan terhadap gadget. Kami tidak anti terhadap gadget,” ujarnya.

Ketika anak-anak berada di Kampung Lali Gadget, mereka melepaskan diri dari gadget dan mulai bersosialisasi terhadap rekan sebayanya sambil bermain dengan permainan tradisional. Tak hanya itu, para orang tua di sekitar desanya pun merespon dengan antusias keberadaan Kampung Lali Gadget dengan mengantar langsung anaknya bermain di sana.

“Mereka datang sendiri. Ada juga yang diantar orang tuanya,” kata Achmad Irfandi, pendiri Kampung Lali Gadget.

Kampung Lali Gadget yang didirikan Achmad Irfandi ini tidak lain sebuah wadah berisi sejumlah permainan tradisional yang mampu merangsang daya kreativitas seorang anak. Terlebih, anak-anak sekarang banyak tidak tahu permainan tradisional karena sejak lahir tidak pernah dikenalkan. Mereka terpaksa main gadget karena tidak ada pilihan.

“Mereka lahir sudah ada Internet,” kata lulusan S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya (2016) dan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya (2021).

Di antara kegiatan yang ada di Kampung Lali Gadget ini, adalah layanan mingguan yang diisi dengan kegiatan bermain dan workshop membuat mainan menggunakan bahan dari alam. Tema kegiatannya pun berbeda-beda setiap minggunya, seperti main air, main angin, main batu, main daun, main batang, dan sebagainya.

Sebelumnya, semangat Achmad Irfandi muncul memang dipicu dengan keresahannya melihat anak-anak di desanya kecanduan gadget. Selain itu, Achmad Irfandi semakin terpacu setelah menyaksikan tayangan berita di televisi yang menyebutkan banyak anak usia dini masuk rumah sakit jiwa karena kecanduan gadget.

Menurutnya, saat anak sudah kecanduan gadget, anak akan merasa gelisah jika dipisahkan dengan gadget mereka. Kondisi bisa berakibat pada kurangnya kedekatan antara orang tua dengan anak, dan terlebih anak menjadi cenderung introvert.
“Dampak-dampak seperti itu menjadi salah satu tujuan dari keberadaan Kampung Lali Gadget. Sehingga anak tidak hanya sibuk dengan smartphone mereka, tetapi juga bisa beraktivitas dengan teman sebayanya,” lanjut Irfandi.

Pada Mei 2020, Irfandi bersama sukarelawan akhirnya menjadikan Kampung Lali Gadget berbadan hukum resmi.

Tidak hanya apresiasi dan antusisasne dari para orang tua yang ada di desanya, aksi mulia Achmad Irfandi dan timnya dalam mengelola Kampung Lali Gadget pun mendapat apresiasi dari berbagai pihak. PT Astra International Tbk salah satunya. Ia menjadi finalis dalam kategori Penggerak Konservasi Budaya melalui Kampung Lali Gadget di ajang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021.

Atas keberhasilannya, Kampung Lali Gadget kini dikenal luas sebagai sebuah yayasan yang mempelopori kegiatan pendidikan informal berbasis permainan tradisional yang dikunjungi oleh 500 hingga 1000 anak setiap bulannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *