Pemuda Pacitan Itu Bernama Paundra Noorbaskoro

WartaPelajar – Berawal dari keprihatinan mendalam terhadap dampak limbah tambak udang yang bisa merusak lingkungan. Seorang pemuda asal Pacitan, Jawa Timur, melangkah maju dengan inovasi yang mengesankan. Paundra Noorbaskoro, namanya, telah menciptakan tambak udang yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT).

Paundra memulai proyek ambisiusnya ini di pinggir Pantai Pidakan, Kecamatan Tulakan. Di sini, ia mengembangkan tambak udang vaname dengan konsep yang dilengkapi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), atau yang ia sebut sebagai sistem smart farm village.

“Kolam udang kami terintegrasi dengan sistem IPAL yang membantu mengontrol limbah agar tidak mencemari laut,” jelasnya.

Saat panen tiba, air dalam kolam tidak dibuang sembarangan. Sebaliknya, air tersebut mengalir ke IPAL terlebih dahulu. Di sana, air limbah diendapkan selama tiga hari sebelum mendapatkan perlakuan khusus dengan bakteri pengurai.

“Hanya jika kandungan amoniak di bawah 0,1 ppm, barulah air bisa dilepaskan ke laut. Jika tidak, air tersebut akan diproses lagi hingga memenuhi standar yang aman,” ungkapnya.

Paundra menekankan pentingnya pengelolaan air limbah ini demi keberlanjutan budi daya udang.

“Air laut adalah sumber utama, jadi jika tercemar, dampaknya akan fatal bagi budi daya,” tambahnya.

Inovasi Paundra tidak berhenti di situ. Ia juga menerapkan teknologi canggih dalam pengelolaan tambak udang vaname miliknya. Dengan merancang aplikasi khusus, Paundra memanfaatkan IoT untuk mempermudah proses manajemen tambak.

Setelah melakukan riset mendalam berdasarkan ilmunya di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Paundra menjalani uji coba di delapan kolam untuk mengatasi penyakit yang sering menyerang udang, seperti Early Mortality Syndrome (EMS). Melalui eksperimen dan kesalahan, ia akhirnya berhasil menemukan racikan pakan yang tepat untuk mengatasi penyakit tersebut.

“Racikan itu kini menjadi SOP di tambak saya,” ujarnya bangga.

Paundra juga menganalisis kondisi air yang seringkali menjadi penyebab utama masalah. Dengan mengumpulkan sampel dari kolam yang bermasalah, ia menemukan berbagai penyakit yang menyerang udang. Dalam prosesnya, ia harus mengeluarkan biaya dan waktu yang tidak sedikit, namun semua itu sepadan dengan hasil yang diperoleh.

Dari pengalamannya, Paundra menyimpulkan bahwa ada delapan faktor kunci dalam air yang harus diperhatikan untuk kesuksesan budi daya udang vaname.

“Jika satu saja unsur tidak seimbang, kesehatan udang bisa terganggu,” jelasnya.

Dengan sistem berbasis IoT yang ia bangun, Paundra bisa memantau kualitas air dan kondisi udang secara real-time melalui aplikasi. “Setiap detail kondisi kolam tercatat dengan baik. Jika kualitas air menurun, kami bisa segera mengambil tindakan,” tambahnya.

Melalui sistem yang ia gunakan, Paundra dapat memantau pertumbuhan udang tanpa harus melakukan panen setiap saat. Ia menghitung jumlah benih yang ditebar dan meracik pakan sesuai kebutuhan, dengan frekuensi pemberian yang terjadwal rapi. Semua proses ini bertujuan agar udang mencapai berat optimal pada waktu panen.

Kondisi kesehatan udang juga dipantau dengan sampling, terutama jika ada tanda-tanda tidak sehat.

“Jika pakan tidak habis sesuai target, itu sinyal kami harus melakukan pengecekan lebih lanjut,” tuturnya.

Paundra menyadari bahwa sistem ini bukan hanya mengandalkan intuisi. Dalam tradisi lama, banyak petambak yang hanya bergantung pada insting saat memberi pakan dan tidak memperhatikan kondisi air secara teliti, yang sering kali berujung pada kerugian besar.

“Kami ingin mendobrak cara lama ini dengan pendekatan berbasis data,” katanya.

Berkat kreativitas dan dedikasinya, Paundra Noorbaskoro terpilih sebagai salah satu finalis dalam SATU Indonesia Awards 2022 di bidang teknologi. Inovasinya bukan hanya membawa perubahan bagi tambak udangnya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam menghadapi tantangan lingkungan.

Dengan langkah-langkah berani ini, Paundra menunjukkan bahwa dengan pengetahuan, teknologi, dan ketekunan, kita dapat merawat lingkungan sambil tetap produktif dalam budi daya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *