WartaPelajar – Malu. Perasaan itu mau tak mau harus dirasakan setiap orang tua saat mengetahui sang buah hati mereka mengalami kondisi bibir sumbing saat lahir. Rasa malu itu pun nyatanya akan berlanjut dan dirasakan pula oleh sang buah hati saat beranjak dewasa nanti.
Rasa malu dan khawatir untuk bisa menjalani hidup sosial sebagaimana mestinya, selalu menghantui orang tua dan anak yang mengalami kondisi bibir sumbing. Tak pelak, anak penderita bibir sumbing kerap menjadi bahan perundungan atau ejekan orang di sekitarnya.
Dalam kepercayaan sebagian masyarakat Indonesia, kondisi bibir sumbing yakni cacat sejak lahir, seringkali dikaitkan dengan mitos atau hal-hal yang bersifat tabu dan mistis. Sehingga banyak para orang tua yang malah menyembunyikan anak penderita bibir sumbing karena dianggap sebagai aib. Padahal, sebenarnya bibir sumbing bisa diobati melalui proses operasi plastik.
Kondisi itu ternyata telah dialami oleh Rahmad Maulizar dan berhasil dilaluinya hingga membawa manfaat bagi penderita bibir sumbing. Sebelumnya, ia harus menerima hinaan serta perundungan selama belasan tahun sejak usia belia. Hingga sempat membuatnya tidak mau kembali ke sekolah.
Tiba lah takdir membawanya bertemu dengan ahli bedah plastik di Aceh, Dr Muhammad Jailani. Rahmad muda ditawari bedah plastik tanpa biaya dan syarat pada 2008. Alhasil, setelah menjalani lima kali operasi bedah plastik di bagian bibir sepanjang 2008 – 2011, Rahmad mendapatkan kembali kepercayaan dirinya lewat senyum bahagianya seperti orang pada umumnya.
Pengalaman pahit yang berakhir bahagia itu pun tak ingin ia simpan sendiri. Rahmad bertekad untuk membantu anak-anak penderita sumbing lain untuk tak malu lagi tersenyum. Pria kelahiran tahun 1993, asal Meulaboh, Aceh Barat, memulai tekadnya untuk membantu anak-anak penderita bibir sumbing di Aceh. Berbekal perasaan yang pernah ia alami tak ingin juga dirasakan oleh anak-anak lain.
Selanjutnya, ia mulai aktif mengikuti kegiatan sosial di daerahnya untuk mengatasi penderita bibir sumbing. Bekerja sebagai Relawan Bibir Sumbing Aceh di Smile Train Indonesia, sebuah Badan amal internasional, area Aceh, ia membantu memberikan operasi perbaikan sumbing secara gratis.
Dalam usahanya, Rahmad justru harus berkorban dengan berkendara hingga ratusan kilometer untuk menjangkau sejumlah wilayah hingga pelosok desa di Aceh demi memenuhi panggilan hatinya, yakni; mewujudkan senyum si penderita sumbing.
Kehadirannya di tempat-tempat yang ia datangi tidak lain bertujuan untuk melakukan upaya edukasi, informasi, sekaligus solusi bagi mereka penderita sumbing. Meski demikian, tak jarang Rahmad menghadapi tantangan, mulai dari penolakan hingga dituduh penipu yang berkedok bantuan. Perlakuan kurang mengenakan itu pun tak menyurutkan niat mulia Rahmad.
Terbukti, aktivitasnya sebagai relawan Bibir Sumbing Aceh di Smile Train Indonesia, Rahmad mampu mewujudkan mimpinya sekaligus mimpi para penderita bibir sumbing meraih penuh kepercayaan diri.
Menurut Rahmad, lebih dari 7.000 anak Aceh berhasil menjalani operasi bibir sumbing dari pendataan dan operasi bibir sumbing yang dilakukan oleh dokter ahli yang berpengalaman.
“Setiap minggu jadwal operasi bibir sumbing berlangsung di Rumah Sakit Malahayati Banda Aceh. Selain itu, setiap hari Minggu, sekitar 3 – 7 pasien bibir sumbing menjalani operasi bedah plastik gratis di Rumah Sakit Cempaka Lima, Banda Aceh,” kata Rahmad.
Atas ketulusan dari sosok Rahmad ini lah, ribuan anak kota Serambi Mekkah dapat mewujudkan senyumnya. Menambah kebahagiaan tersendiri bagi seorang Rahmad sebagai manusia yang dapat memberikan manfaat kepada sesama.
Pengabdian Rahmad dalam mewujudkan senyum si penderita sumbing mendapat banyak apresiasi dari sejumlah pihak. Termasuk apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award pada 2021, di bidang Kesehatan, sebagai Pemberi Senyum dan Harapan Baru untuk Anak Sumbing.